Bon Om Touk, Festival Pacu Jalur di Kamboja

TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Budaya pacu jalur atau setidaknya mirip pacu jalur, juga ditemukan di Kamboja. Bahkan di Kamboja, budaya yang disebut Bon Om Touk ini disajikan dalam berbagai versi seperti berdayung duduk, berdayung berdiri dan versi perahu dalam berbagai ukuran
Bon Om Touk atau lomba dayung tradisional Kamboja ini digelar setiap November. Lomba ini digelar di Danau Tonle Sap. Pesertanya hampir sama dengan peserta pacu jalur yakni warga desa yang bermukim di sekitar Danau Tonle Sap. Perahunya juga diukir seperti jalur
Bon Om Touk ini digelar saat debit air di Danau Tonle Sap bertambah. Air danau yang biasanya mengalir ke Sungai Mekong, pada November atau pada musim hujan arus berbalik arah. Air Sungai Mekong mengalir ke arah danau. Pada kondisi ini, kedalaman danau yang biasanya satu meter bertambah menjadi sembilan meter

Saat itulah Bon Om Touk atau lomba dayung Kamboja ini digelar. Event ini dikenal sebagai Cambodian Water Festival. Bon Om Touk memang sudah mendunia. Karena itu setiap tahun Bon Om Touk selalu dikunjungi ribuan turis manca negara. Pemerintah Kamboja juga memberi kemudahan untuk kedatangan turis manca negara
Dirangkum dari berbagai catatan, Festival air Bon Om Touk ini sudah berlangsung lebih 350 tahun lalu. Festival ini digelar sebagai ucapan terima kasih kepada Budha atas berkah ikan dan kesuburan tanah yang diberikan lewat arus air yang berbalik arah dari Sungai Mekong menuju Danau Tonle Sap.
Lomba dayung Bon Om Touk ini digelar di depan istana Kerajaan di Pnom Phen, Kamboja. Selain lomba dayung event ini juga diiringi dengan konser musik dari grup musik ternama di dunia dan perayaan kembang api. Ada juga dibangun pub street untuk melayani para turis manca negara.
Pengunjung Bon Om Touk memang sangat luar biasa. Mulai dari penduduk lokal hingga turis manca negara diperkirakan mencapai 3 juta pengunjung. Jalanan di sekitar gelanggang Bon Om Touk selalu penuh sesak termasuk dua jembatan menuju lokasi lomba dayung yakni jembatan Pelangi dan Jembatan Berlian

Festival ini sempat terhenti beberapa tahun. Pasalnya Tahun 2010 lalu terjadi insiden yang menelan ratusan korban jiwa. Korban bergelatakan tak bernyawa setelah berdesakan di atas jembatan. Ribuan pengunjung yang panik terjebak di atas jembatan, sebanyak 350 korban tewas dan 400 korban luka.
Peristiwa naas ini terjadi karena kepanikan warga yang akan menyaksikan lomba dayung terjebak di atas jembatan Pelangi. Warga yang seharusnya melewati Jembatan Berlian untuk menuju lokasi dan Jembatan Pelangi untuk keluar dari lokasi, pada hari naas itu semuanya berdesakan di atas jembatan Pelangi.
Pengunjung yang menuju lokasi maupun yang akan meninggalkan lokasi berdesakan diatas jembatan Pelangi. Ribuan pengunjung berdesakan dalam kondisi kekuarang oksigen akhirnya terkulai lemas dan tewas terinjak-injak. Inilah tragedi yang perlu dicatat oleh pelaksana pacu jalur di Kuansing bahwa berdesak-desakan bisa merenggut korban jiwa. (smh)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...