Kasus Pelecehan Seksual di Sekolah, Korban Malah Dibakar Hidup-hidup

TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Profesi guru memang sangat mulia. Gurulah yang mencerdaskan anak bangsa. Tapi apakah semua guru itu berprilaku baik, tentu saja tidak
Ada oknum guru yang berprilaku buruk di tengah masyarakat. Oknum guru perempuan yang sudah bersuami misalnya, tanpa merasa malu tidur dengan suami orang.
Bahkan banyak oknum guru yang dijebloskan ke penjara setelah terungkap melakukan pelecehan terhadap muridnya. Ini bukan saja oknum guru di sekolah umum tapi juga di pesantren
Kasus pelecehan guru terhadap murid yang paling menggemparkan terjadi di Bangladesh. Seorang murid perempuan yang menjadi korbaan pelecehan guru, justeru dibakar sampai tewas
Adalah Nusrat Jahan Rafi, 19 tahun, yang jadi korban pelecehan guru di sekolahnya. Nusrat murid sekolah agama ini berasal dari kota kecil Feni yang jaraknya sekitar 160 kilo meter dari ibu kota Bangladesh, Dakka
Mengutip BBCIndonesia, peristiwa itu bermula ketika Nusrat dipanggil ke ruang kepala sekolah. Di ruangan itu kepala sekolah menyentuh tubuh gadis remaja yang tengah mekar itu dengan cara yang tidak wajar
Mendapatkan perlakuan tak senonoh dari kepala sekolah, Nusrat lari ke luar ruangan. Sepulang sekolah, Nusrat bersama kelurganya yang konservatif itu melaporkan kasus pelecehan kepala sekolah itu ke polisi
Di kantor polisi, Nusrat memberi keterangan. Saat itu, masalah mulai terlihat janggal. Ia seharusnya disediakan tempat yang aman saat melaporkan pengalaman traumatisnya, tapi yang terjadi Ia justeru difilmkan oleh seorang petugas saat memperagakan siksaan yang ia alami.

 

Di rekaman video itu, terlihat jelas Nusrat merasa tertekan dan mencoba menyembunyikan wajahnya dengan tangan. Polisi yang menerima pengaduannya terdengar mengatakan “tak apa-apa” dan meminta Nusrat menyingkirkan tangan dari wajahnya. Belakangan, rekaman video itu bocor ke media setempat.
Memang, pada hari itu juga, 27 Maret, sesudah Nusrat melapor, polisi menangkap sang kepala sekolah. Namun persoalannya memburuk bagi Nusrat. Sekelompok orang berkumpul di jalan menuntut pembebasan si kepala sekolah.
Protes ini diatur oleh dua orang murid laki-laki. Politisi setempat diduga ikut hadir di sana. Orang-orang mulai menyalahkan Nusrat. Keluarganya mulai merasa khawatir akan keselamatannya.
Tak urung, pada tanggal 6 April, atau sebelas hari sesudah pelecehan seksual terhadapnya, Nusrat datang ke sekolah untuk menghadiri ujian akhir.
“Saya mencoba membawa saudari saya itu ke sekolah dan masuk ke dalam, tapi saya dihentikan dan tak diperbolehkan masuk,” kata saudara Nusrat, Mahmudul Hasan Noman.
“Kalau saya tak dihentikan, hal seperti itu tak akan terjadi pada saudari saya itu,” katanya.
Menurut sebuah pernyataan yang diberikan oleh Nusrat, seorang teman perempuannya di sekolah membawanya ke atap sekolah sambil berkata bahwa seorang temannya tengah dipukuli.
Ketika Nusrat tiba di atap, empat atau lima orang – memakai burqa – mengelilinginya dan diduga mendesaknya untuk menarik tuduhannya kepada si kepala sekolah. Ketika Nusrat menolak, mereka membakarnya.
Kepala penyelidik kepolisian Banaj Kumar Majumder mengatakan para pelaku ingin agar pembunuhan “itu terlihat seperti bunuh diri”. Rencana itu gagal ketika Nusrat berhasil diselamatkan saat pelaku meninggalkan TKP

 

Nusrat mampu memberi pernyataan sebelum meninggal dunia. “Salah satu pembunuh itu menekan kepalanya dengan tangannya, dan minyak tanah tidak disiramkan ke kepala, maka kepalanya tak terbakar,” kata Majumder, saudara Nusrat menympaikan pernyataan gadis itu seperti dikutip BBC Bengali.
Ketika Nusrat dibawa ke rumah sakit setempat, dokter menemukan luka bakar telah menutupi 80 persen tubuhnya. Karena tak sanggup menangani luka tersebut, mereka mengirim Nusrat ke Dhaka Medical College Hospital.
Di dalam ambulans, karena khawatir tak akan selamat, Nusrat merekam pernyataan di telepon genggam saudaranya.
“Si kepala sekolah itu telah menyentuh saya. saya akan melawan kejahatan ini hingga napas saya yang terakhir,” begitu bunyi rekamannya.
Ia juga mengidentifikasi beberapa penyerangnya sebagai para pelajar di sekolahnya.
Berita tentang Nusrat mendominasi pemberitaan media di Bangladesh. Pada tanggal 10 April ia meninggal dunia. Ribuan orang datang ke pemakamannya di Feni.
Sejak itu, polisi telah menahan 15 orang, tujuh di antaranya dituduh terlibat dengan pembunuhan. Di antara mereka yang ditangkap, terdapat dua orang pelajar yang mengorganisir protes mendukung si kepala sekolah.
Polisi yang memfilmkan pengaduan pelecehan seksual Nusrat telah dipindahkan dari jabatannya dan dialihkan ke departemen lain.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina telah bertemu keluarga Nusrat di Dhaka dan berjanji bahwa setiap orang yang terlibat di dalam pembunuhan itu akan diadili. “Tak ada pelaku yang akan terbebas dari tindakan hukum,” kata Sheikh Hasina.
Pernyataan Perdana Menteri Sheikh Hasinah benar. Pengadilan Dhaka Bangladesh menjatuhkan hukuman mati terhadap 16 orang yang terlibat, pada Kamis (24/10/2019)
Kematian Nusrat telah memicu protes dan ribuan orang menggunakan media sosial untuk menyatakan kemarahan mereka, baik terhadap kasus itu maupun pada perlakuan terhadap korban pelecehan dan kekerasan seksual di Bangladesh.(smh)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...