Perdana Menteri Inggeris Theresa May Mendapat Kecaman Keras Gara-gara Bayi ISIS

TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Pemerintah Inggeris di bawah kepemimpinan Theresa May mendapat kecamaan keras dari Partai Buruh setelah seorang bayi ISIS  bernama “Jarrah” dilaporkan meninggal dunia di Suriah, Jumat (8/3/2019).
Bayi yang meninggal dunia itu hasil pasangan Shamima Begum dengan seorang militan ISIS Yago Riedijk. Shamima Begum berusia 19 tahun, warga negara Inggeris.
Wanita muda yang baru melahirkan ini ingin kembali ke Inggeris untuk menyelamatkan bayinya, tapi kewarganegaraannya dicabut Menteri Dalam Negeri Sajid Javid.
Seperti diberitakan sejumlah media, bayi Jarrah meninggal dunia Jumat (8/3/2019). Dikabarkan bayi Jarrah sempat ditangani oleh dokter, pada Kamis (07/03/2019) karena gangguan pernapasan. Namun nyawanya tak tertolong dan dinyatakan meninggal.
Kematian bayi Jarrah menuai kritik tajam terhadap Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid Javid. Pasalnya Javid telah mencabut kewarganegaraan Begum sehingga remaja itu tak dapat kembali ke Inggris.
“Kematian tragis Jarrah, bayi Shamima Begum, merupakan “noda atas hati nurani” pemerintah ini,” kata Diane Abbot, juru bicara partai oposisi, dilansir Reuters, Minggu (10/3/2019).
“Menteri dalam negeri gagal (mengambil keputusan untuk menangani-red) anak Inggris ini dan mereka harus menjelaskan.”
Terkait status Begum, kepemimpinan Theresa May dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut hingga akhirnya menimbulkan keprihatinan banyak orang.
Phillip Lee, yang mengundurkan diri dari menteri kehakiman saat kepemimpinan Theresa May mengatakan dia sangat prihatin dengan keputusan mencabut kewarganegaraan Begum.
“Jelas [kasus] Shamima Begum memiliki pandangan yang menjijikkan,” katanya kepada BBC Radio.
“Tapi dia masih kecil. Dia adalah produk dari masyarakat kita … dan saya pikir kita memiliki tanggung jawab moral kepadanya dan bayinya, Jarrah” kata Philip Lee.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...