TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Telukkuantan sebagai ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi pernah mengukir prestasi di bidang lingkungan hidup yakni meraih penghargaan Adipura tahun 2017 lalu.
Mungkinkah prestasi ini akan berulang kembali, sementara kondisi kota semakin semberaut. Pasar dari areal berlumpur pindah ke jalan raya, kemudian berpindah lagi ke lahan becek yang membuat pengunjung pasar kesulitan berbelanja.
Untuk itu, bersempena Hari Lingkungan Hidup Sedunia, KuansingKita sengaja mewawancarai mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jafrinaldi Shidiq yang pernah berhasil mengantarkan kota Telukkuantan meraih penghargaan Adipura. Simak hasil wawancaranya.
Kota Telukkuantan pernah meraih Adipura. Kini kondisinya sudah sangat semberaut. Mungkinkah kota Telukkuantan berpeluang lagi untuk meraih Adipura
Biacara soal peluang tentu saja bisa berpeluang. Tapi perlu difahami untuk meraih Adipura harus ada komitmen bersama semua pihak dan seluruh elemen masyarakat. Adipura tidak bisa diarih dengan kinerja Dinas Lingkungan Hidup saja.
Maksudnya pihak mana saja yang harus berperan untuk meraih Adipura.
Semua pihak dan seluruh elemen masyarakat. Dinas Lingkungan Hidup harus bersinergi dengan dinas terkait seprti Dinas Perkim, Dinas PUPR, dan banyak dinas/badan lainnya termasuk pihak sekolah. Belum lagi tokoh masyarakat, masyarakat secara luas bahkan pemulung juga berperan dalam meraih Adipura. Selain itu instasi vertikal seperti kepolisian juga sangat berperan dalam upaya meraih Adipura.
Apa peran kepolisian ?
Penghargaan Adipura tidak akan bisa diberikan jika di daerah itu masih terpantau atau terdeteksi hot spot (titik panas). Syukur Alhamdulillah, sepanjang tahun 2017 lalu Kuansing tidak pernah terdeteksi hot spot atau titik panas. Semua ini tidak terlepas dari peran kepolisian yang menggalakkan pengawasan secara rutin di kawasan berpotensi titik panas.
Banyak pihak menuding penghargaan Adipura yang didapatkan Kuansing hasil dari loby-loby yang tidak sehat
Itu tudingan yang tidak beralasan dan asal nyinyir saja. Untuk meraih Adipura tidak semudah yang dipikirkan. Adipura tahun 2017 lalu, hasil dari kerja keras selama bertahun-tahun. Memang Adipura diterima di awal pemerintahan Bupati H.Mursini. Tapi langkah ke arah itu sudah digagas sejak pemerintahan H.Sukarmis. Jadi Adipura itu bukan penghargaan yang diberikan kepada daerah begitu saja.
Digagas sejak pemerintahan H.Sukarmis, maksudnya ?
Sejak pemerintahan H.Sukarmis Kuansing sudah berupaya keras ke arah itu. Pada tahun 2014, Kuansing hanya masuk nominasi tapi tidak mendapatkan sertifikat maupun penghargaan Adipura. Tahun 2015, Kuansing mulai mendapatkan sertifikat tapi tidak berhasil meraih Adipura. Begitu juga tahun 2016, Kuansing hanya mendapatkan sertifikat tapi tidak pula berhasil meraih Adipura. Kuansing baru berhasil meraih Adipura tahun 2017. Jadi Adipura yang diraih Kuansing hasil dari kerja keras yang cukup panjang.
Apa saja tingkat kesulitan yang dialami daerah dalam meraih Adipura
Perlu difahami, penilaian Adipura itu bertahap. Dulu ada P1, P2 dan P3. Dalam tiga tahapan pemantauan itu nilainya harus naik setidaknya bertahan tapi tidak boleh turun. Penilaian juga memiliki klasifikasi sperti penilaian hutan kota, penilaian pasar, penilaian terminal, penilaian pemukiman dan banyak lagi. Masing-masing itu memiliki nilai yang berbeda. Bahkan dalam penilaian Adipura, tidak mutlak memberikan nilai tambah, tapi bisa juga mengurangi seprti ditemukannya rumput yang dibiarkan tumbuh di pinggir jalan, ini akan mengurangi penilaian.
Dari klasifikasi itu penilaian apa yang tertinggi
Syukur ya, Telukkuantan didukung hutan kota Pulau Bungin. Ini penilaiannya sangat tinggi. Hasil penilaian hutan kota Pulau Bungin sangat membantu kota Telukkuantan dalam meraih Adipura. Tambah lagi ada beberapa sekolah yang berprestasi di bidang lingkungan hidup. Ini juga memberikan nilai tambah. Memang ada beberapa titik yang menurunkan nilai tapi tidak sampai menjatuhkan.
Apakah setelah tahapan penilaian itu Kuansing langsung menerima penhargaan Adipura
Oh, bukan. Bupati H.Mursini di asasment lagi di depan tim seleksi tingkat nasional yang terdiri dari pakar-pakar lingkungan hidup. Di situ Bupati H.Mursini dicecar dengan berbagai pertanyaan, mulai dari anggaran yang dialokasikan untuk lingkungan hidup hingga sejauh mana upaya Bupati melibatkan peran serta masyarakat. Bahkan pihak DPRD Kuansing yang kala itu diwakili Saridyono juga dicecar dengan banyak pertanyaan.
Jadi penghargaan Adipura itu benar-benar didapatkan dengan penuh perjuangan.
Ya, penuh perjuangan. Bertahun-tahun lamanya. Dan lagi mana mungkin pihak tim seleksi nasional yang terdiri dari penggiat lingkungan yang begitu idealis akan bisa diloby. Itu hanya tudingan yang tidak beralasan. Adipura itu benar-benar prestasi Kuansing di bidang lingkungan hidup melalui pembenahan kota Telukkuantan.
Kenapa disebut pembenahan kota Telukkuantan
Jadi Adipura itu untuk kota Telukkuantan ya.. Bukan penilaian terhadap kondisi Kabupaten Kuantan Singingi. Itu yang perlu difahami. Adipura Itu hasil kerja keras dan perjuangan yang berat. Tanpa peran serta masyarakat Kuansing tak akan mampu meraih Adipura. Adipura ini prestasi pemerintah dan masyarakat. Terima kasih untuk masyarakat Kuansing terutama warga kota Telukkuantan yang telah memberikan dukungan penuh untuk negeri kita meraih Adipura.***