Hati-hati. Bermain Tik Tok Bisa Mengundang Prilaku Adiktif atau Kecanduan dan Hyperealitas

SALAM REDAKSI – Blom main Tik Tok, nggak gauuul. Tik Tok kini memang sangat populer di seluruh dunia. Tik Tok seperti sudah menjadi bagian dari gaya hidup, baik anak muda maupun para ibu yang sudah berumah tangga. Bahkan platform social video lucu-lucuan itu pun menjadi tren, di kalangan anak kecil.
Aplikasi pembuat video yang dapat dilengkapi dengan musik itu juga menjadi semacam femonena di tengah masyarakat Indonesia. Namun perlu juga disadari, Tik Tok sama seperti internet atau media sosial lainnya, platform semacam ini juga memiliki efek tertentu bagi penggunanya.
Masalah akan terlihat muncul jika anda terlanjur kecanduan bermain Tik Tok. Upload video, scroll down, like, comment, dan begitu sepanjang hari. Ada banyak perilaku adiktif atau kecanduan yang ditimbulkan lantaran bermain Tik Tok. Semuanya memengaruhi kesehatan mental, emosional, dan produktivitas.
Dikutip dari Intisarionline, ada beberapa faktor penyebab kecanduan bermain Tik Tok diantaranya faktor Biologis.Beberapa orang secara genetik cenderung rentan terhadap perilaku adiktif. Lebih dari itu, jenis kelamin, etnis, dan keberadaan faktor kesehatan lainnya dapat mempengaruhi risiko kecanduan.
Selain itu, faktor lingkungan. Selama tahap yang paling rentan dari perkembangan dan kematangan emosi seseorang, Tik Tok dapat meningkatkan risiko kecanduan. Semakin awal orang tersebut terpapar perilaku adiktif, semakin berpotensi menjadi masalah serius.
Ini disebabkan anak-anak dan orang yang lebih muda, area otaknya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, penilaian, dan pengendalian diri masih berkembang. Sehingga sangat rentan kecanduan.

Meskipun masih harus dilihat pada statistic DSM ( Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), namun kecanduan internet termasuk Tik Tok berpotensi mengakibatkan gangguan mental. Akibat terburuknya dapat merusak kualitas diri seseorang.
Misalnya, seperti hal yang biasa ditemukan. Terlalu asyik dengan aktivitas bermain Tik Tok akan  membuang-buang waktu. Apalagi menjadikan hal itu sebagai ajang peningkat mood, maka secara tidak langsung kebahagiaan telah dikendalikan oleh internet.
Tapi yang paling buruk adalah kehilangan minat atas kegiatan lain. Terlebih, aplikasi Tik Tok dimainkan oleh anak kecil dapat menjadikan mereka untuk bertingkah lebih dewasa dari usia aslinya. Sedangkan untuk ibu-bu yang sudah berumah tangga bisa membuatnya menjadi hyperealitas.
Hyperealitas menurut filsuf pascamodern Jim Baudrillard adalah semiotika  untuk menjelaskan ketidakmampuan kesadaran hipotesis seseorang untuk membedakan kenyataan dan fantasi. Seorang ibu yang kecanduan bermain Tik Tok akan sering merasa benar-benar seperti seorang artis.
Suara yang tampil bersamaan dengan ekspresinya secara pelan-pelan diresapinya sebagai suaranya sendiri. Apakah itu suara nyanyian seorang artis yang mengiringnya, tanpa mampu dikendalikannya, pelan-pelan diklaim sebagai suaranya sendiri. Sehingga dirinya terjebak dalam hyperealitas.
Itu kenyataan. Tidak percaya tanya saja sama ibu-ibu yang senang bermain Tik Tok. Kasihankan, selain terjebak dalam prilaku adiktif atau kecanduan, ibu-ibu itu juga terjebak dalam hyperealitas. Pelan-pelan, tanpa bisa dikendalikannya, ibu-ibu itu merasa dirinya benar-benar seperti seorang artis.
Tapi bagaimanapun bermain Tik Tok itu tetap mengasyikkan.  Kini tinggal kita sendiri yang perlu membentengi diri agar tidak kecanduan dan tidak terjebak dalam hyperealitas.***
Foto Ilustrasi

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...