TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Harga komoditas holtikultura di pasar Telukkuantan semakin tidak terkendali. Buktinya harga bawang merah mencapai Rp 50 ribu per kilogram.
Dari informasi yang dirangkum KuansingKita, sebelum memasuki bulan puasa harga bawang merah berkisar Rp 26 ribu per kilogram. Menjelang bulan puasa harga bawang merah naik hingga 55 ribu per kilogram.
Pertengahan bulan puasa harga bawang merah sempat turun hingga Rp 40 ribu per kilogram. Ini terjadi hanya beberapa hari saja. Menjelang lebaran harga bawang merah naik lagi menjadi Rp 50 ribu per kilogram
“ Harga bawang merah satu kilogram Rp 50 ribu,” kata seorang wanita yang membuka usaha rumah makan, Eni Sarona, kepada KuansingKita menjelang lebaran.
Sementara harga karet petani ditingkat pedagang pengumpul anjlok hingga Rp 4 ribu per kilogram. Kondisi ini sudah berlangsung lama. Harga karet Rp 4 ribu per kilogram ini untuk petani yang tidak tergabung dalam koperasi.
“ Sekarang saya berhenti dulu menyadap karet. Harga karet kini jatuh sekali, sekitar Rp 4 ribu per kilogram,” kata seorang petani karet di Desa Pulau Aro
Kalau dibandingkan dengan harga bawang merah, maka satu kilogram bawang merah sebanding dengan 12,5 kilogram karet petani. Ini adalah salah satu bentuk prilaku pasar yang harus jadi perhatian pemerintah.
Bahkan ini sangat bertolak belakang dengan kondisi di “zaman baheula” dulu. Dulu harga satu kilogram karet bisa membeli 2,5 kilogram beras. Bahkan saat krisis 1997 lalu harga karet petani mencapai Rp 24 ribu per kilogram.
Kondisi berbeda justeru terjadi pada harga cabe keriting. Para petani cabe keriting di Kuansing kini menjerit. Betapa tidak, sebelum bulan puasa harga cabe keriting sekitar Rp 35 ribu per kilogram. Dua hari menjelang bulan puasa harga cabe keriting anjlok.
Seorang petani cabe keriting di kawasan Sinambek Telukkuantan, Mbah Kumis mengaku cabe keriting yang dipanennya menjelang bulan puasa dibeli pedagang pengumpul seharga Rp 17 ribu per kilogram. Sepekan kemudian harganya anjlok lagi menjadi Rp 12 ribu perkliogram.
“ Waktu panennya tepat sekali menjelang bulan puasa. Tapi mau gimana lagi harganya anjlok,” sesal Mbah Kumis
Kini harga cabe keriting petani lebih anjlok lagi. Pedagang pengumpul hanya membeli seharga Rp 7 ribu per kilogram. Sehingga ada diantara petani yang sengaja tidak memanen cabe keritingnya untuk dijual, tapi disedekahkan untuk warga yang membutuhkan.
“ Cabe keriting saya tidak dipanen lagi. Percuma saja dipanen, harganya hanya Rp 7 ribu per kilogram,” kata Yusran seorang petani holtikultura di kawasan Pulau Bungin.
Yusran menyebutkan warga yang butuh cabe keriting diizinkannya untuk mengambil di lahannya. Hanya saja kata Yusran jumlahnya terbatas sekitar setengah kilogram. “ Dari pada saya panen untuk dijual, hanya bikin sakit hati saja, lebih baik disedekahkan,” kata petani cabe dan mentimun ini.(smh)