TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Pacu jalur merupakan budaya tradisional masyarakat Kuantan Singingi yang sudah berlangsung sejak ratuan tahun lalu. Sejak Kabupaten Kuantan Singingi dimekarkan pemerintah mulai mengemas budaya pacu jalur menjadi objek wisata budaya
Tujuannya tentu saja untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat memanfaatkan keramaian pacu jalur dari sisi ekonomi. Sehingga tradisi pacu jalur yang selama ini sangat menguras keuangan masyarakat, diharapkan bisa dimanfaatkan masyarakat Kuansing menjadi peluang usaha
Hanya saja, hampir setiap tahun muncul keluhan pengunjung setelah helat pacu jalur usai digelar. Mulai dari harga masuk tribun yang dijual sangat tinggi, tarif parkir yang tidak sepantasnya, harga makan minum yang ditetapkan seenaknya sehingga mengejutkan para pengunjung yang berbelanja
Sekilas kejadian – kejadian seperti itu merupakan hal yang biasa saja. Padahal ini merupakan sisi buruk dari destinasi wisata. Apalagi pacu jalur sarat dengan nilai-nilai luhur, tidak selayaknya dicemari dengan perbuatan – perbuatan tercela. Herannya, selama ini belum ada pengawasan ketat dari pemerintah.
Di kota wisata Yogyakarta, seperti dikutip dari CNN Indonesia, pemerintah langsung turun tangan ketika muncul isu pedagang lesehan melakukan nuthuk atau getok atau mengkatrol harga makanan lebih tinggi dari biasanya. Bahkan pemerintah tidak segan-segan menyampaikan sanksi berat kepada pedagang
Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan pihaknya akan menindak tegas pedagang yang menarik harga tidak sesuai ketentuan atau tidak normal. Sanskinya usaha pedagang itu akan ditutup serta tidak akan diberikan izin berjualan selamanya. Sanksi ini sudah diterapkan sejak lama
“Sudah kebijakan sejak awal, siapa pun yang menarik harga tidak sesuai ketentuan dan tidak normal harganya, maka sanksinya jelas; saat itu juga ditutup dan tidak boleh jualan selamanya di Malioboro,” cetus Heroe Poerwadi seperti dilansir CNN Indonesia, Rabu (26/5/2021)).
Pernyataan Wakil Walikota Heroe Peorwadi ini muncul ketika seorang wisatawan memposting di medsos tentang dirinya yang dipatok dengan harga yang tidak wajar oleh seorang pedagang lesehan di Malioboro. Menyikapi itu pemerintah langsung mencari pedagang yang telah melakukan nuthuk atau getok harga.
Sebenarnya di Kuantan Singingi keluhan-keluhan seperti ini setiap tahun selalu disampaikan di media sosial. Setiap helat pacu jalur usai digelar, ada saja yang membuat status di facebook tentang tarif parkir atau harga makan minum yang tidak wajar. Sedihnya, setiap tahun pula pemerintah diam tak bersuara. Beginikah konsep wisata kita ?? (smh)
Gambar Utama : Keramaian Pacu Jalur (Foto Istimewa)