Hadapi Pilkada, Golkar Kuansing Perlu Langkah Introspeksi

 

“ Pemilu 2024 merupakan pemilu paling naas bagi Golkar Kuansing. Hasil pemilu 2024 memaksa Golkar melepaskan kursi Ketua DPRD yang belum pernah terjadi sejak Kuansing berdiri. Kenapa ini bisa terjadi,”
Sekretariat KPU Kuansing di Jalan Limuno Timur Telukkuantan selama dua hari, Jumat dan Sabtu pekan lampau, menjadi pusat perhatian para politisi lokal dan masyarakat Kuansing
Di gedung bekas Kantor Bupati Kuantan Singingi ini, KPU menggelar rapat pleno terbuka rekapitulasi penghitungan suara pemilu 2024. Pleno ini selesai Sabtu (2/3/2024) pukul 23.56 WIB
Berdasarkan hasil pleno, untuk pemilihan tingkat kabupaten, Gerindra mendapatkan perolehan suara tertinggi 51.774 suara, di bawahnya PDIP 29.851 suara dan Golkar di peringkat ke tiga 27.551 suara
Buruknya hasil perolehan suara Golkar pada pemilu 2024 membuat partai berlambang pohon beringin ini tergeser dari posisi pemuncak. Dan tentu saja kursi ketua akan berpindah tangan ke Gerindra
Untuk hasil pemilu 2024, Golkar harus puas dengan lima kursi atau kehilangan satu kursi dari periode sebelumnya enam kursi. Padahal dulu, Golkar pernah mendominasi DPRD Kuansing dengan 11 kursi
Kenapa ini bisa terjadi ?. Sebenarnya elektabilitas Golkar Kuansing yang terus melemah dalam pemilu sudah terlihat sejak beberapa periode sebelum ini. Perolehan kursi Golkar terus menurun hingga ke titik yang memprihatinkan
Dari 11 kursi turun menjadi sembilan kursi terus turun lagi menjadi enam kursi. Dalam pemilu 2024 Golkar hanya mampu meraih lima kursi dengan perolehan suara di peringkat ke tiga di bawah Gerindra dan PDIP
Untuk menyikapi elektabilitas yang terus melemah, Golkar Kuansing sebagai parpol besar seharusnya sudah melakukan introspeksi dengan membuat kajian secara objektif untuk menghadapi pemilu 2024.
Apakah Golkar Kuansing melakukan ini ?, walahualam. Namun kalau bercermin pada hasil pemilu 2024 bisa diperkirakan kajian-kajian introspeksi Golkar tidak dilakukan secara objektif dan optimal

Kalau kajian dilakukan secara objektif dan optimal, seharusnya Golkar Kuansing sudah menemukan kausalitas dari menurunya elektabilitas sehingga Golkar bisa berjaya  dalam pemilu 2024
Namun demikian, bisa jadi ada hal-hal lain yang mengusik ekspektasi Golkar Kuansing dalam pemilu 2024 sehingga kajian menjadi rancu. Misalnya hasil Pilkada 2020 yang luar biasa bagus untuk pasangan calon yang diusung Golkar
Jika mengacu pada hasil pilkada 2020, tentu saja para politisi Golkar tidak yakin akan terjadi pelemahan elektabilitas pada pemilu 2024. Wajar memang, sebab hasil pilkada biasanya tidak akan bergeser jauh dengan hasil pemilu
Namun demikian, ada satu hal yang sepertinya terabaikan. Konstalasi politik di Kuansing dalam menghadapi pemilu 2024 semakin rumit untuk dianalisa. Itu pula yang membuat kekuatan Golkar dalam pemilu bergeser jauh dari kekuatan pilkada
Misalnya Suhardiman Amby, saat pilkada lalu berkoalisi dengan Golkar, dalam pemilu Suhardiman membuat kubu baru melalui Partai Gerindra yang tentu saja akan mengusik elektabiltas Golkar. Angka-angka inilah yang tampaknya kurang diperhitungkan atau mungkin diabaikan
Tambah lagi, konsep gerakan yang diterapkan Suhardiman dalam menghadapi pemilu 2024 tidak pernah dibahas melalui kajian-kajian empiris atau melihatnya secara objektif untuk menemukan cara yang tepat dalam membangun perlawanan
Padahal, konsep gerakan Suhardiman ini terbukti tidak saja mengusik elektabiltas Golkar tapi juga meredam deru gerakan PDIP. H. Halim yang membangun strategi untuk mendapatkan dukungan 7000 suara akhirnya terhenti dalam angka yang miris 2.419 suara
Menyimak fenomena yang ditemukan dalam pemilu 2024, wajar kalau muncul pertanyaan, bagaimana peluang Golkar dalam pilkada nanti. Nah, Golkar tetap berpeluang sepanjang gerakannya diawali dengan melakukan introspeksi
Golkar harus secepatnya menemukan kausalitas dari melemahnya elektibiltas dalam pemilu. Ini hanya bisa ditemukan melalui introspeksi. Jika Golkar bertarung dalam pilkada tanpa diawali dengan langkah introspeksi sangat diyakini kondisi buruk akan terjadi
Tanpa langkah instrospeksi Golkar Kuansing akan terjebak dalam politik Myopia yaitu politik yang mampu menganalisa hal yang dekat tanpa mampu memandang jauh ke depan. Padahal ancaman tersembunyi jauh di ujung sana.(said mustafa husin)

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...