TELUKKUANTAN (KuansingKita) – Rencana masyarakat Desa Koto Taluk, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi yang disepakati dalam rapat desa untuk membuat jalur baru sudah mulai direalisasikan.
Kamis (13/2/2024) sejumlah pemuda Desa Koto Taluk sudah berangkat ke titik lokasi kayu jalur di kawasan Batang Lipai Siabu, Kecamatan Hulu Kuantan, tepatnya di perbatasan Desa Sumpu, Sumatera Barat dan Riau, untuk melakukan penebangan kayu jalur
Namun sebelumnya, rencana mulia para pemuda Desa Koto Taluk ini sempat mendapatkan kritikan dari sebuah media yang tidak jelas sumbernya. Karena itu para pemuda Desa Koto Taluk menyebut kritikan itu termasuk kritikan yang tidak bertanggung jawab
Kritikan itu seputar keputusan rapat panitia pembuatan jalur baru untuk melibatkan partisipasi masyarakat dengan iuran Rp 150 ribu per Kepala Keluarga (KK). Untuk meringankan beban masyarakat disepakati pelunasannya dengan cara angsuran Rp 50 ribu per bulan.
Menanggapi kritikan itu, Ketua Pemuda Desa Koto Taluk yang juga Ketua Panitia Pembuatan Jalur Baru, Hendra Noffiardi didampingi Bendahara Yudi Arisandi mengatakan partisipasi masyarakat dalam pembuatan jalur baru sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu atau sejak tradisi pacu jalur dimulai di Kuansing
Biasanya, di masa lalu, masyarakat dibebankan iuran per rumah kediaman serta menyiapkan nasi yang dibungkus daun pisang untuk warga desa lain yang datang membantu. Warga desa lain diundang lantaran menarik jalur dengan tali manau di masa lalu sangat berat
Sementara warga yang tidak ikut hadir dalam tahapan proses pembuatan jalur baru dikenakan sanksi. Ini merupakan nilai-nilai tradisional dalam pembuatan jalur baru ataupun dalam tradisi pacu jalur di tengah masyarakat Kuantan Singingi. Bahkan sampai kini, ada desa yang mewajibkan warga membungkus nasi untuk para pemacu dalam event pacu jalur
Nilai-nilai sosial ini sudah menjadi kearifan lokal masyarakat Desa Koto Taluk atau masyarakat Kuantan Singingi dalam mengatasi kesulitan membuat jalur baru ataupun kesulitan mendanai pacu jalur. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembuatan jalur baru ataupun dalam mengikuti event pacu jalur
Karena itu pula, tambah Hendra, prestasi jalur dalam event pacu jalur menjadi cerminan dari dinamika sosial masyarakatnya. Masyarakat desa yang tidak kompak akan terlihat dari prestasi jalurnya atau kesiapan masyarakatnya mengikuti event pacu jalur
“ Jalur itu memiliki nilai filosofis. Prestasi dalam pacu jalur mencerminkan dinamika sosial di tengah masyarakatnya. Masyarakat yang tidak kompak, jalurnya sangat sulit berprestasi,” kata pria yang akrab disapa Jang Ahen ini
Hendra Noffiardi mengaku menyadari warga Desa Koto Taluk saat ini sangat heterogen. Sebagian mereka, para pendatang dari luar desa ataupun dari luar daerah. Namun demikian, lanjut Hendra, perlu difahami apa yang sejak dulu disampaikan dalam petuah adat Kuantan Singingi dalam berinteraksi sosial atau mentaati keputusan desa
“ Ada petuah adat Kuantan Singingi ini. Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung,” kata Hendra seraya menambahkan warga Desa Koto Taluk yang sebagian pendatang dari luar desa ataupun luar daerah harus memahami petuah adat ini
Partisipasi masyarakat dalam membuat jalur ataupun dalam mengikuti event pacu jalur sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu. Nilai-nilai tradisional ini sudah menjadi kearifan lokal. Jika ada yang menyanggah berarti mereka tidak faham dengan nilai-nilai tradisi jalur dan pacu jalur
Dan lagi tambah Hendra, panitia harus memperisapkan dana bukan untuk membuat jalur baru saja tapi dana untuk membuat pendayung, dana untuk membeli seragam pacu dan asesoris jalur lainnya. Bahkan panitia harus mempersipakan dana untuk malam mendiang jalur yang relatif besar
Memang tambah Hendra, Pemkab Kuansing tahun 2024 lalu ada memberikan bantuan Rp 50 juta untuk desa yang membuat jalur baru. Namun dana itu bukan diberikan kepada desa yang berencana membuat jalur baru tapi bantuan itu untuk desa yang sudah membuat jalur baru
Dan lagi untuk tahun 2025 bantuan itu belum jelas sama sekali apakah masih ada atau tidak lagi. Panitia tidak bisa berharap dengan bantuan Pemkab Rp 50 juta. Karena itu, panitia terus berupaya menggali segala sumber dana termasuk bantuan warga asal Desa Koto Taluk yang kini berdomisili di luar desa atau di luar daerah
Hendra sangat berharap proses pembuatan jalur baru ini berjalan lancar. Kayu jalur baru Desa Koto Taluk ini sudah ditebang dan kini sudah tumbang. Panjangnya 35 meter dari jenis kayu yang dalam bahasa lokal disebut “Kruing Air”. Rencananya pekan depan kayu jalur sudah bisa dibawa ke desa menggunaakan alat berat
“ Jalur baru Desa Koto Taluk itu dikerjakan di desa biar masyarakat bisa melihat proses pembuatan jalur baru,” tutup Hendra
FOTO Dokumen Desa Koto Taluk
