Penulis Said Mustafa Husin (Pemred KuansingKita)
“ Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) memiliki beberapa ciri khas seperti ukuran tubuh yang kecil, warna kulit paling gelap, dan pola loreng yang rapat dengan warna hitam yang lebar. Kini harimau Sumatera nyaris tak ditemukan lagi di wilayah Kuansing. Kenapa”
Di era 60an, petani penyadap karet di Kuantan Singingi sering dikejutkan oleh penampakan harimau sumatera di kawasan kebun karet mereka. Kadang-kadang kucing besar ini muncul dari dalam semak belukar, kadang ditemukan tengah minum di sungai kecil di tengah hutan
Jika hewan buas ini mulai memangsa hewan ternak warga atau menyerang manusia maka warga berinisiatif membuat jerat atau perangkap harimau. Biasanya jerat atau perangkap yang dibuat dari kayu pilihan ini dibawah pengawasan seorang pawang harimau.
Pada masa lalu, hampir di setiap kenegerian di Kuantan Singingi ada orang hebat yang disebut pawang harimau. Kalaupun di desa itu tidak ada pawang harimau, warga akan mencarikan pawang harimau dari kenegerian lain. Hebatnya perangkap itu selalu berhasil menangkap harimau
Kini hampir tidak terdengar lagi desa-desa di Kuansing yang membuat perangkap harimau. Ini disebabkan hewan buas ini nyaris tidak ditemukan lagi di wilayah Kuantan Singingi. Kenapa kondisi ini sampai terjadi dan resiko apa yang akan dialami jika di kawasan itu tidak ada lagi harimau sumatera
Harimau Sumatera merupakan predator puncak dalam rantai makanan penghuni hutan. Punahnya harimau akan menyebabkan peningkatan populasi hewan mangsa, seperti rusa, babi hutan dan lainnya yang dapat memengaruhi keseimbangan tumbuhan di hutan.
Punahnya harimau akan mengganggu struktur rantai makanan. Hewan herbivor yang menjadi makanan harimau akan bertambah banyak, sehingga mereka akan memakan tumbuhan lebih banyak yang sudah pasti akan mengganggu pertumbuhan hutan.
Artinya, punahnya harimau sumatera akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, gangguan rantai makanan, potensi peningkatan penyebaran penyakit. Punahnya harimau bisa meningkatkan risiko penyebaran penyakit di antara populasi hewan, termasuk yang berdampak pada manusia.
Apa penyebab harimau Sumatera terancam punah. Dari berbagai penelitian, punahnya harimau sumatera disebabkan kehilangan habitat, perburuan ilegal, dan konflik dengan manusia.Hilangnya habitat harimau disebabkan konversi hutan seperti membangun perkebunan, pemukiman, dan infrastruktur lainnya
Selain itu, harimau terancam punah disebabkan perburuan ilegal. Harimau diburu untuk diambil kulitnya, tulang, dan bagian tubuh lainnya yang dianggap memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta dijadikan ramuan dalam obat-obatan tradisional.
Dalam kajian penelitian konflik harimau dengan manusia juga jadi penyebab punahnya harimau sumatera. Harimau terkadang menyerang ternak atau bahkan manusia, sehingga menimbulkan konflik yang dapat berujung pada pembunuhan harimau.
Lembaga Konservasi Dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resource) mempublikasikan populasi liar harimau sumatera diperkirakan antara 400-500 ekor di kawasan taman nasional atau di kawasan pegunungan Bukit Barisan yang menjadi habitat harimau sejak zaman pra-sejarah
Namun demikian harimau sumatera juga ditemukan di kawasan hutan dataran rendah serta di banyak tempat yang tak terlindungi seperti di banyak daerah di Provinsi Riau. Namun populasinya relatif rendah dan semakin rendah disebabkan deforestasi atau perambahan hutan
Harimau sumatera dapat berkembangbiak melalui masa kehamilan sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Selama 8 minggu pertama anak harimau hanya minum air susu induknya
Anak harimau bisa memakan makanan lain pada usia 6 bulan, namun masih tetap menyusu pada induknya. Sekalipun masih menyusu pada induknya anak harimau usia 6 bulan sudah belajar berburu. Harimau baru bisa mandiri atau berburu sendiri pada usia 18 bulan
Usia harimau sangat pendek, hanya 15 tahun. Karena itu IUCN sangat mencemaskan kepunahan harimau sumatera. Apalagi dari data Lembaga Konservasi Dunia ini, pada rentang 1998 – 2000 tercatat 66 ekor harimau sumatera terbunuh
Bisa jadi, angka ini juga termasuk harimau sumatera di Kuantan Singingi. Pasalnya di Inderagiri Hilir, Inderagiri Hulu, Pelalawan, Bengkalis, Siak dan banyak kabupaten di Riau masih ditemukan harimau sumatera berkeliaran di perkebunan warga.
Hanya di Kuansing yang tidak ditemukan lagi harimau sumatera. Artinya di Kuansing telah terjadi aksi deforestasi atau perambahan hutan yang serius yang merusak habitat harimau sumatera. Ini dipastikan akan mendatangkan konsekwensi karena punahnya predator puncak (said mustafa husin).
FOTO Internet
