Sungai Kuantan Sudah Jernih “Terima Kasih Pak Kapolda”

TELUKKUANTAN (KuansingKita) – “Terima Kasih Pak Kapolda”. Ungkapan ini terselip dalam hati masyarakat Kuansing yang menyaksikan langsung kondisi air Sungai Kuantan yang kini sudah terlihat jernih.
Bebatuan dalam air di pinggir Sungai Kuantan sudah kelihatan. Bahkan ikan-ikan kecil sudah nampak berenang saling berkejaran dalam kelompok-kelompok kecil. Air Sungai Kuantan seakan kembali kepada kondisi 3 dekade lalu
Sebelum operasi penindakan PETI digalakkan Polda Riau, air Sungai Kuantan seperti lumpur tanah. Mulai dari ujung Hulu Kuantan hingga ke bagian hilir Cerenti, warna airnya sama seperti lumpur tanah. Pasalnya hampir di sepanjang Sungai Kuantan dipenuhi rakit PETI
Dari kondisi air Sungai Kuantan yang terlihat jernih hari ini, sulit untuk dibantah bahwa kekeruhan selama ini disebabkan maraknya aktivitas PETI di Sungai Kuantan dan sungai kecil lainnya yang bermuara ke Sungai Kuantan.
Sebenarnya sungai bagi masyarakat Kuantan bukan saja sebatas rupa alam dari kondisi bumi yang purba. Sungai bagi masyarakat Kuantan selain memiliki nilai sosial juga memiliki nilai ekonomi, bahkan memiliki nilai budaya.
Dulu, ketika air Sungai Kuantan bening dan jernih, warga memanfaatkannya untuk mencuci dan mandi. Selain itu, warga memanfaatkan Sungai Kuantan untuk peningkatan ekonomi melalui kegiatan nelayan tangkap darat
Warga mencari ikan di Sungai Kuantan pada waktu senggang setelah selesai menyadap karet. Kadang warga turun ke Sungai Kuantan menangkap ikan menggunakan jala secara bersama dalam kegiatan tradisional yang disebut “ Mengopuang”
Kegiatan ini sangat membantu ekonomi warga. Setiap turun ke Sungai Kuantan sangat jarang warga yang tidak mendapatkan hasil tangkapan. Dari kegiatan usaha seperti ini sebagian warga berhasil menyekolahkan anak-anaknya.
Namun kegiatan usaha mencari ikan bagi masyarakat Kuantan sudah hilang sejak maraknya aktivitas PETI di Sungai Kuantan. Ikan-ikan juga seakan menghilang. Bisa jadi ini disebabkan habitatnya terganggu atau dirusak akibat kekeruhan seperti lumpur tanah

Dari sisi budaya, Sungai Kuantan bagi masyarakat Kuantan adalah ajang pelestarian budaya yang disebut pacu jalur. Ajang ini kini juga terancam keberlanjutannya karena terjadi pendangkalan di banyak titik sepanjang Sungai Kuantan
Ini juga disebabkan maraknya PETI. Hamburan galian PETI di Sungai Kuantan menyebabkan terjadinya pendangkalan. Bahkan gelanggang Tepian Nerosa Telukkuantan terpaksa dilakukan pengerukan untuk bisa melaksanakan pacu jalur
Jika aktivitas PETI dibiarkan marak lagi, Sungai Kuantan akan semakin luluh-lantak. Untuk menghilirkan jalur dari kawasan hulu ke Telukkuantan ataupun jalur dari kawasan hilir terpaksa bekerja berat melewati titik pendangkalan
Ada yang lucu. Ketika razia PETI digalakkan, semua pemodal PETI berdalih bahwa mereka orang-orang susah yang kesulitan ekonomi. Padahal mereka yang susah itu hanya pekerja bukan pemodal.
Mereka yang susah di desa sepanjang DAS Sungai Kuantan karena mereka tak bisa lagi memanfaatkan Sungai Kuantan untuk mencari ikan. Padahal dulu, sepulang dari kebun karet warga mencari ikan di Sungai Kuantan
Sejak maraknya PETI kegiatan itu tidak bisa lagi dilakukan warga. Pasalnya air sungai yang keruh seperti lumpur tanah membuat ikan hilang entah kemana. Bahkan untuk mandi saja di Sungai Kuantan warga terpaksa berpikir berulangkali
Syukur alhamdulillah, Polda Riau berkomitmen menindak PETI di sepanjang Sugai Kuantan. Masyarakat berharap upaya penertiban ini berkelanjutan atau tidak pada masa pacu jalur saja. Air sungai yang jernih memberikan harapan baru bagi masyarakat
“ Jika Sungai Kuantan dipenuhi ikan seperti tiga dekade lalu, kehidupan masyarakat di pedesaan akan semakin sejahtera,” begitu kesimpulan teman wartawan di PWI Kuansing. (smh)
Foto Dokumen Wartawan Kuansing

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...