SALAM REDAKSI – Ada pernyataan mengejutkan dari WHO (World Health Organization) . Badan Kesehatan Dunia yang bernaung di bawah PBB ini menyatakan bahwa 9 dari 10 orang yang bermukim di muka bumi ini terpapar polusi atau pencemaran udara.
Pencemaran udara itu berasal dari kendaraan bermotor, industri, pertanian, kebakaran hutan dan lahan serta aktivitas manusia lainnya. Buruknya kondisi bumi saat ini telah mencemaskan Badan Lingkungan Hidup Dunia (United Nation Environtment).
Karena itu, bersempena dengan Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2019 ini, Badan yang bernaung di bawah PBB ini mengusung tema “ Beat Air Pollution”. Tema ini mengajak kita untuk mengalahkan atau memerangi polusi atau pencemaran udara.
Sebenarnya Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environtment Days jatuh pada 5 Juni 2019. Namun di Indonesia secara nasional diperingati hari ini, Senin (29/7/2019). Di negara kita, tema “Beat Air Pollution” dijabarkan lebih khas menjadi “Biru Langitku, Hijau Bumiku”.
Tentu saja tema “Biru Langitku, Hijau Bumiku” sangat diharapkan bisa mengajak kita untuk lebih berupaya mengendalikan sumber-sumber polusi udara dalam rangka menata bumi menjadi lebih hijau dengan langit yang biru.
Untuk pengedalian polusi udara pemerintah juga telah melahirkan berbagai kebijakan terkait dengan penerapan penggunaan bahan bakar bersih yang setara standar Euro 4. Ada juga kebijakan pengunaan bahan bakar B20 atau bahan bakar biodiesel 20 persen.
Namun demikian permasalahan kerusakan bumi tentulah tidak sebatas polusi udara saja. Rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, hingga kebutuhan ekonomi yang mendesak memaksa orang secara beramai-ramai menghancurkan bumi tempat mereka bernaung.
Di Negeri kita Kuantan Singingi misalnya. Masyarakat dengan alasan kesulitan ekonomi begitu tega merusak dan menghancurkan bumi lewat aktivitas PETI. Kini sungai-sungai kecil di negeri Kuansing tak lagi mengalirkan air yang jernih.
Bantaran sungai runtuh, badan sungai melebar, sungai menjadi dangkal tertimbun sedimen. Jika hujan turun air sungai bah dengan arus yang deras, menghanyutkan apa saja. Bahkan di Gunung Toar, Sungai Petapahan yang mengamuk menghanyutkan bangunan rumah warga.
Kalau sudah begini siapa yang disalahkan. Apakah masyarakat yang dihimpit kesulitan ekonomi lantas tanpa berpikir panjang tega merusak dan menghancurkan bumi tempat kita bernaung. Mungkin juga kesalahan ini ada di pemerintah yang tidak mampu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Tapi apapun alasannya, tidak ada yang bisa membenarkan kita manusia sebagai mahluk yang berpikir dan berbudaya untuk merusak bumi tempat kita dan banyak mahluk lainnya bernaung. Apalagi bumi hanya titipan kepada kita oleh generasi yang akan datang.
Mari selamatkan bumi, perangi dan kalahkan polusi udara “Beat Air Pollution”. Biasakanlah diri bersikap dan bertindak untuk keselamatan bumi. Hanya dengan cara itu “ Biru Langitku, Hijau Bumiku” akan menjadi kenyataan. Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia.***