Banyak yang Kecewa, Pacu Jalur Hari Pertama hanya 10 Kali Berpacu

TELUKKUANTAN (KuansingKita)- Pacu jalur yang dijadwalkan selama 5 hari mulai Ahad (21/8/2022) – Kamis (25/8/2022) kini menjadi cercaan banyak pihak
Pasalnya, pada jadwal Minggu (21/8/2022) pacu jalur hanya 10 kali hilir atau 10 kali berpacu. Sementara waktu lainnya pada hari pertama itu dihabiskan untuk berbagai prosesi dan seremonial
Cercaan ini muncul lantaran, hari pertama Minggu merupakan satu-satunya hari libur sepanjang jadwal pacu jalur tahun ini. Padahal warga Kuansing dari luar daerah biasanya datang ke Telukkuantan pada hari libur.
Kini agenda panitia pada hari libur itu hanya menyajikan pacu jalur untuk 10 kali berpacu. Hari pertama ini justeru diisi dengan kontes jalur yang tidak ada kaitannya dengan akar tradisi pacu jalur. Sehingga panitia terkesan tidak menggali akar budaya dan tidak menggalakkan budaya pacu jalur tapi mengada-ada

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Azhar Ali ketika dikonfirmasi KuansingKita terkait agenda pada hari pertama membenarkan hari pertama pacu jalur, Minggu (21/8/2022) diiisi dengan kontes jalur dan 10 kali berpacu.
Kedepan panitia tentu sangat diharapkan lebih berorientasi pada upaya menggali akar budaya pacu jalur serta meluruskan informasi sejarah pacu jalur. Selain itu panitia juga diharapkan menumbuhkembangkan budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat Kuansing ini, tapi bukan dengan menyusun agenda yang mengada-ada
Beberapa tahun lalu, panitia juga membuat kesalahan besar. Lantaran ingin memberikan rekor Muri untuk pacu jalur akhirnya dilakukan hal yang merusak akar budaya pacu jalur.

Pacu jalur ini bukan seperti lomba perahu naga yang bisa 5 atau 6 perahu sekali berlomba. Pacu jalur, sesuai tradisi setiap berpacu hanya dua jalur saja. Itu budaya yang sudah mengakar dalam tradisi pacu jalur. Tpi lantaran ingin memberikan rekor Muri dibuatlah pacu jalur terbanyak. Bertpaculah 6 atau lebih jalur. Ini jelas merusak dan menyesatkan budaya pacu jalur
Jika ingin memberikan rekor Muri untuk pau jalur bisa saja dengan alasan lain. Misalnya Lomba Dayung Tradisional dengan jumlah atlet terbanyak untuk setiap perahu. Tidak ada daerah lain yang menampilkan atlet sebanyak atlet pacu jalur dalam lomba dayung tradisional
Tapi yang dilakukan panitia justeru merusak budaya. Rekor Muri diperoleh atas prestasi pacu jalur terbanyak lalu didokumentasikan jalur berpacu lebih dari dua. Padahal pacu jalur sesuai tradisi hanya dua jalur saja setiap kali berpacu. Semoga kedepan panitia lebih berorientasi pada upaya menggali akar budaya pacu jalur bukan mengada-ada. Dan untuk ini panitia pasti bisa (smh)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...